11 mins read

Reportase Webinar Workshop Penulisan Sejarah Sebuah Rumah Sakit “Menyusun Sejarah Rumah Sakit yang Bermanfaat untuk Perkembangan Masa Depan”

Seri 1 Tema:

“Menyusun Sejarah Rumah Sakit: Membangun Warisan untuk Inovasi dan Pelayanan Kesehatan Masa Depan”

PKMK-Yogyakarta. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK-KMK UGM bekerjasama dengan Departemen Sejarah FIB UGM menyelenggarakan Webinar Workshop Penulisan Sejarah Sebuah Rumah Sakit. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai bentuk pengembangan kemampuan meningkatkan keterampilan menulis peserta terutama bagi tenaga medis dan pengelola rumah sakit pada Senin (16/6/2025). Tujuannya agar peserta dapat menyampaikan pengalaman dan pengetahuan mereka secara efektif. Hal ini juga berkontribusi pada pengembangam profesionalisme di bidang kesehatan.

Pengantar diskusi pertama disampaikan oleh Prof. Laksono. Perjalanan sebuah Rumah Sakit menjadi satu bagian dari masa mendatang, begitu juga dengan kegiatan ini yang berawal dari bedah buku Merawat Kehidupan RS Husada lalu (April 2025) oleh Dr. Ravando. Dalam webinar tersebut, muncul pertanyaan yang menarik mengenai Kepastian mengenai pendapatan Rumah Sakit itu tidak ada, BPJS di situasi tidak baik-baik saja. Jika bertumpu pada BPJS, maka hanya ada masalah. Ke depannya bagaimana?. Rumah Sakit memerlukan perataan seluruh pelayanan dan perlu pengembangan kelas standar untuk semuanya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Laksono dalam pengantarnya, beliau memberikan contoh dari Apa yang terjadi pada model Rumah Sakit di luar negeri. Beliau mencontohkan salah satu Rumah Sakit di Sydney yaitu Vincent Hospital (https://www.svhs.org.au/). Vincent Hospital ini memiliki kesamaan asal usul pendiriannya seperti Rumah Sakit Husada (Jang Seng Ie) di Jakarta. Persamaan kedua rumah sakit ini yaitu terletak pada filantropisme berbasis keagamaan (katolik).

Prof. Laksono menyampaikan jika Vincent Hospital itu merupakan rumah sakit modern yang memiliki banyak jaringan salah satunya Papua Nugini. Menariknya, dalam website Vincent Hospital (https://www.svhs.org.au/) ini tidak menghilangkan cerita akar sejarah rumah sakit filantropis. Di dalam websitenya, bahkan masih menampilkan bentuk dukungan berupa kolom (https://www.svhs.org.au/support-us) dengan berisi informasi mengenai pendukung-pendukung dibalik berkembangnya Vincent Hospital ini. Di dalam kolom “support us” ini berisi mengenai beberapa donasi-donasi yang masuk dan volunteer yang dibuka juga. Sehingga website Vincent Hospital ini tetap menampilkan adanya semangat filantropis dan tidak melupakan mengenai sejarah atau cerita-cerita dibaliknya yang sudah diberikan sepenuhnya kepada rumah sakit. Hal ini juga menunjukkan bahwa warga Australia sendiri yang mempunyai inisiatif untuk tetap membarakan semangat filantropismenya. Dengan di sisi lain pemerintahnya memberikan mereka semacam tempat untuk dapat request dan mendukung penuh kegiatan sosial mereka.

Dalam kesempatan ini, Prof. Laksono berharap dengan terselenggarakannya webinar workshop penulisan sejarah sebuah rumah sakit ini. Penulisan artikel sejarah yang dihasilkan oleh rumah sakit-rumah sakit ini bukan hanya sebagai artikel sejarah yang hanya sebagai kenang-kenangan yang ditampilkan dalam Dies Natalis atau Ulang Tahun Rumah Sakit. Harapannya  dari penulisan sejarah ini dapat digunakan untuk keperluan masa depan seperti apa yang diterapkan pada Vincent Hospital.

Pengantar selanjutnya disampaikan oleh Dr. Abdul Wahid, Departemen Sejarah FIB bersama-sama dengan PKMK FK-KMK menyelenggarakan kegiatan webinar workshop sejarah sebuah Rumah Sakit ini, untuk menyampaikan undangan dari semua pihak. Khususnya kepada pengelola rumah sakit atau yang bekerja di dalamnya pada seluruh rumah sakit di Indonesia. Mengenai betapa pentingnya penulisan sejarah sebuah rumah sakit yang mereka pimpin atau yang mereka bekerja di dalamnya. Hal ini juga berlaku untuk masyarakat, peneliti, mahasiswa yang tertarik pada sejarah rumah sakit untuk memajukan kajian sejarah rumah sakit atau kesehatan pada masa yang akan datang.

Dr. Wahid menyampaikan bahwa Rumah sakit ini merupakan lembaga inti dan terpenting dalam sistem kesehatan nasional. Rumah sakit berfungsi sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Sejarah rumah sakit juga merupakan salah satu bagian penting dalam kajian sejarah kesehatan yg bisa dikembangkan sebagai kajian interdisiplin khususnya ilmu sejarah dan ilmu kesehatan.

Menurut pendapat Dr. Wahid, di indonesia kajian sejarah rumah sakit secara akademik sudah berkembang, meskipun masih terbatas khususnya di kalangan sejarawan. Sebagai contoh di Jerman terdapat Komunitas German Society for History of Hospital yang memiliki anggota dari berbagai kalangan. Komunitas ini adalah adalah sebuah asosiasi yang berfokus pada penelitian dan inisiatif terkait sejarah rumah sakit. Didirikan sejak 1963, komunitas ini tidak hanya terdiri dari para sejarawan, tetapi juga melibatkan arsitek, insinyur, dan dokter, serta terbuka bagi siapa saja yang tertarik pada sejarah rumah sakit. Tujuan utama komunitas ini adalah menjadi platform untuk seluruh  riset dan upaya pelestarian bangunan rumah sakit yang memiliki nilai sejarah sebagai cagar budaya.

Menurut pandangan Dr. Wahid, pemikiran serupa untuk mendirikan komunitas khusus yang berbicara tentang kesehatan bisa juga dikembangakan di Indonesia. Sejarah rumah sakit pada dasarnya merupakan sejarah kelembagaan yang bisa diarahkan untuk mengungkapkan kekuatan penting yang turut membentuk lembaga dari waktu ke waktu. Sejarah rumah sakit juga memiliki keterkaitan yang erat dengan perkembangan ilmu kedokteran dan praktek pelayanan kesehatan, pertumbuhan kelompok profesional dan pandangan masyarakat terhadap profesi medis dan lembaga pemberi layanan kesehatan. Selain itu, hal ini juga memiliki keterkaitan yang erat juga dengan kajian penyakit dan pencegahannya, gerakan kesejahteraan dan reformasi sosial, peran organisasi dan aktivitas filantropi. Sehingga penulisan sejarah rumah sakit tidak bisa dilepaskan dari sejarah masyarakat.

Dr. Wahid juga menyampaikan alasan mengenai pentingnya dari penulisan sejarah sebuah rumah sakit, karena:

  1. Memahami akar kelahiran, visi, dan misi awal pendirian, perkembangan dan perubahan yang terjadi serta mengetahui pihak-pihak yang berjasa
  2. Memahami evolusi kelembagaan dan nilai2 kelembagaan yang dikembangkan
  3. Identifikasi perkembangan pelayanan kesehatan dari waktu ke waktu dan mengenali konteks sosial kultural dan kebijakan pelayanan kesehatan dari waktu ke waktu

Sehingga dengan menuliskan kembali sejarah sebuah  rumah sakit ini, berarti mengabadikan juga memori kelembagaan yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut. Rumah sakit dapat juga dapat mengambil makna nilai Kebajikan kolektif yang didapatkan dari perjalanan sejarahnya. Hasil dari penulisan sejarah sebuah rumah sakit ini, seluruh bagiannya penting terutama bagi penguatan identitas lembaga, bagi penentuan arah kebijakan lembaga, strategi perencanaan dan keberlangsungan lembaga secara keseluruhan.

Pada akhir menyampaikan pengantarnya, Dr. Wahid memberikan informasi kepada seluruh peserta baik perwakilan jajaran pengelola rumah sakit atau tenaga medis yang bekerja di dalamnya. Apabila berminat untuk mengembangkan penulisan sejarah sebuah rumah sakit masing-masing. Akan diadakan webinar selanjutnya pada bulan Juli mendatang, dan dapat menghubungi tim (Departemen Sejarah FIB & PKMK FK-KMK UGM) melalui kontak narahubung untuk mendapatkan pendampingan dan mentoring penulisannya.

Pemaparan yang disampaikan oleh Dr. Ravando mengenai pengalaman dalam menuliskan karyanya yang terbit pada awal 2025 dengan judul “Merawat Kehidupan: 100 Tahun Rumah Sakit Husada (Jang Seng Ie)” dengan mengangkat kisah pendirian rumah sakit ini oleh dr. Kwa Tjoan Sioe, yang memiliki motivasi kuat untuk menyediakan layanan kesehatan, terutama bagi ibu, anak, dan masyarakat kurang mampu dari golongan Tionghoa. Karya Dr. Ravando ini tidak hanya membahas makna nama “Jang Seng Ie” dan motto pendiriannya, tetapi juga menyoroti fokus awal rumah sakit sebagai poliklinik gratis serta berbagai capaian penting seperti penelitian yang dilakukan. Ravando berharap melalui karyanya ini dapat memperlihatkan bahwa Jang Seng Ie bukan sekadar rumah sakit, melainkan juga simbol perjuangan dan warisan nilai kemanusiaan yang diwariskan lintas generasi.

Pada kesempatan ini, Dr. Ravando mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan mengenai “Refleksi Pengalaman Menulis Sejarah Rumah Sakit di Indonesia” dengan contohnya adalah saat beliau meneliti Rumah Sakit Husada. Dalam penulisannya, Dr. Ravando menyampaikan jika menghadapi tantangan besar karena risetnya tidak berangkat dari sejarah kesehatan secara umum, melainkan dari sejarah masyarakat Tionghoa dan penelusuran surat kabar lama. Penelusuran ini dilakukan mengingat hampir seluruh rumah sakit Tionghoa tidak memiliki dokumen kolonial Hindia Belanda dan artefak fisik yang masih asli. Beliau menceritakan, bahwa dalam proses penelusuran sumber penelitian sejarah ini berbekal mengandalkan buku peringatan, pencatatan nama tokoh, serta pencocokan data dengan sumber sezaman seperti koran digitalisasi melalui Delpher.nl dan OCR. Informasi yang didapatkan ini terutama melalui sumber sezaman ini digunakan sebagai alat untuk merekonstruksi perjalanan institusi ini dari masa kolonial, pendudukan Jepang, revolusi, hingga era pasca 1965.

Dalam materi yang disampaikan oleh Dr. Ravando ini, proses periodisasi menjadi salah satu kunci penting untuk melihat perkembangan perjalanan sebuah rumah sakit. Periode yang disampaikan dibagi atas:

  • Periode kolonial, periode ini digunakan sebagai alat untuk mengawali proses penelusuran sejarah dengan melihat kondisi kesehatan setempat. Dengan cara melihat data-data statistik kolonial (jika ada), contohnya statistik kematian anak-anak di batavia, 1923 – 1937.
  • Periode pendudukan jepang (1942 – 1945), pada periode ini yang tersulit dalam pencarian sumber sejarah adalah hilangnya sumber-sumber sezaman. Hal ini dikarenakan banyaknya peristiwa-peristiwa yang melibatkan penghangusan data-data karena penjajahan jepang.
  • Periode revolusi (1945 – 1949)
  • Periode sebelum 1965
  • Periode pasca 1965, pada periode ini Dr. Ravando menyampaikan jika periode setelah tahun 1965 yaitu periode reformasi yang dalam proses penelusurannya kadang dilihat hingga di awal tahun 2000 untuk melihat perkembangan kesehatannya.

Pemaparan yang disampaikan oleh Baha’uddin, M.Hum mengenai Makna Penting Sejarah Rumah Sakit dan Strategi Meningkatkan Manajerial Rumah Sakit. Rumah sakit pada masa kolonial Belanda awalnya didirikan untuk melayani kebutuhan kesehatan VOC dan koloni Eropa, dengan fokus pada penyakit tropis dan cedera perang, serta pelayanan yang terbatas dan diskriminatif terhadap pribumi. RS kolonial mulai menerapkan sistem administrasi sederhana dan dikelola melalui kolaborasi antara pemerintah kolonial, organisasi keagamaan, yayasan, dan swasta, namun sering menghadapi keterbatasan tenaga medis dan infrastruktur.

Dalam kesempatan ini, Baha’uddin menyampaikan mengenai perbandingan dan komparasi antara Rumah Sakit dulu dengan Rumah sakit saat ini. Saat ini, RS modern harus menyesuaikan pelayanan dengan kebutuhan masyarakat lokal, memperhatikan faktor budaya, sosial, dan epidemiologi, serta memastikan inklusivitas dan aksesibilitas layanan bagi semua lapisan masyarakat. Manajemen RS modern mengandalkan sistem informasi digital, kerja sama lintas sektor seperti public-private partnership, dan pendekatan berbasis komunitas. RS modern juga harus siap menghadapi krisis kesehatan dengan rencana kontingensi dan manajemen yang transparan, akuntabel, serta efisien, berbeda dengan birokrasi ketat dan pendanaan kolonial yang sering tidak efisien.

Kesimpulannya mengenai sesi webinar workshop penulisan sejarah sebuah rumah sakit ini yaitu menyampaikan jika Sejarah Rumah Sakit pada masa kolonial menekankan pentingnya: (1) Pelayanan yang inklusif dan berbasis kebutuhan masyarakat, (2) Infrastruktur yang terorganisir, (3) Respons cepat terhadap krisis, (4) Investasi dalam tenaga medis, (5) Kebijakan pendanaan yang berkelanjutan, (6) Inovasi dalam perawatan, (7) Sistem informasi yang kuat.

Dengan mengintegrasikan pelajaran yang didapatkan dari penulisan sejarah rumah sakit ini. Diharapkan manajemen rumah sakit di indonesia dapat merancang strategi yang lebih adaptif, efisien, dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat, sembari menghadiri kesalahan masa lalu seperti diskriminasi pelayanan atau ketimpangan akses.  Sejarah RS kolonial, menyediakan pedoman untuk manajemen rs indonesia pada masa depan. Dengan belajar dari praktik diskriminatif masa lalu. Sistem modern dapat memprioritaskan keadilan, dari pengembangan infrastruktur, memastikan skalabilitas, dari respons krisis, membangun ketahanan, dan dari inisiatif pendidikan dan pendanaan, mendorong keberlanjutan. Pelajaran ini, yang diambil dari analisis historis yang rinci, bertujuan untuk mengerahkan sistem kesehatan Indonesia menuju kerangka kerja yang lebih inklusif, efektif, dan siap menghadapi masa depan. Sistem administrasi kolonial yang rentan korupsi menunjukkan pentingnya digitalisasi untuk transparansi dan efisiensi. Tetapi saat ini SIRS yang terintegrasi dapat meningkatkan efisiensi pencatatan, penjadwalan, dan pelaporan keuangan, mengurangi risiko korupsi seperti pada masa kolonial.

Informasi selengkapnya https://sejarahkesehatan.net/workshop-penulisan-sejarah-sebuah-rumah-sakit-bagaimana-menyusun-sejarah-rumah-sakit-yang-bermanfaat-untuk-masa-depan/

 

Reporter:

Aulia Putri Hijriyah, S.Sej.,
Galen Sousan Amory, S. Sej.,