Seri Webinar Tematik
Sejarah Kebijakan Kesehatan
“Perkembangan Kebijakan Komponen-Komponen Sistem Kesehatan di Indonesia, Dari Reformasi Hingga Pasca COVID-19, 1999-2023”
A. Latar Belakang
Seri Webinar Sejarah Kebijakan Kesehatan yang dilaksanakan pada periode April–Juni 2025 telah mengkaji perkembangan kebijakan kesehatan Indonesia melalui pendekatan periodisasi, mulai dari era desentralisasi (1999–2009), era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (2009–2019), era pandemi COVID-19 (2020–2022), hingga periode transformasi kesehatan pasca pandemi (2023–sekarang). Pendekatan ini memberikan gambaran kronologis mengenai dinamika kebijakan kesehatan dalam kurun waktu 25 tahun terakhir, dengan menyoroti konteks sosial, politik, dan ekonomi yang membentuk arah kebijakan pada setiap era.
Namun, pemahaman yang komprehensif mengenai sejarah kebijakan kesehatan tidak hanya memerlukan pembacaan berdasarkan periode waktu, tetapi juga perlu dilakukan melalui pendekatan berdasarkan komponen-komponen sistem kesehatan. Pendekatan ini memungkinkan analisis yang lebih mendalam terhadap isu-isu strategis lintas periode, sehingga dapat mengungkap kesinambungan, perubahan, dan inovasi yang terjadi dalam setiap komponen sistem kesehatan.
Untuk itu, seri webinar yang akan dilaksanakan pada bulan September–Desember 2025 ini akan mengangkat enam komponen utama sistem kesehatan yang memiliki peran penting dalam pembangunan kesehatan di Indonesia, yaitu: Pembiayaan Kesehatan, Pendidikan Kedokteran, Produk Kesehatan: Obat dan Alat Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Informatika Kesehatan, dan Kebencanaan. Setiap komponen tersebut akan dikaji melalui perspektif empat periode sejarah kebijakan kesehatan, sehingga peserta dapat memahami bagaimana perkembangan, tantangan, dan capaian di setiap bidang tersebut membentuk sistem kesehatan nasional saat ini.
Melalui pendekatan ini, diharapkan peserta webinar selain memperoleh wawasan historis, tetapi juga mampu melihat pola dan tren kebijakan yang relevan untuk perumusan strategi kesehatan di masa depan.
B. Tujuan Umum
Memahami kebijakan kesehatan Indonesia melalui pendekatan tematik dan kajian historis yang mencakup enam isu strategis, yaitu: Pembiayaan Kesehatan, Pendidikan Kedokteran, Produk Kesehatan: Obat dan Alat Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Informatika Kesehatan, dan Kebencanaan dengan menganalisis perkembangan setiap tema lintas empat periode utama, yaitu era desentralisasi (1999–2009), era Jaminan Kesehatan Nasional/JKN (2009–2019), era pandemi COVID-19 (2020–2022), dan periode pasca COVID-19 (2023–sekarang).
C. Tujuan Khusus
- Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan utama dan kajian historisnya dalam enam tema strategis: Pembiayaan Kesehatan, Pendidikan Kedokteran, Produk Kesehatan: Obat dan Alat Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Informatika Kesehatan, dan Kebencanaan.
- Mengevaluasi dinamika dan perubahan kebijakan pada setiap tema, termasuk faktor pendorong, hambatan, dan inovasi yang terjadi lintas periode.
- Menganalisis keterkaitan antar periode dalam membentuk perkembangan kebijakan di setiap tema, untuk memahami kesinambungan dan pergeseran arah kebijakan kesehatan.
- Menyediakan ruang diskusi bagi para pemangku kepentingan, akademisi, praktisi, dan masyarakat umum untuk berbagi pengalaman dan perspektif terkait implementasi kebijakan di tiap tema strategis.
D. Metode
Seri webinar ini dilakukan secara daring
E. Waktu Pelaksanaan
Hari & tanggal : September 2025 – Desember 2025
Waktu : 13.00 – 15.00 WIB
Link Zoom : Link Zoom akan diinformasikan
Meeting ID : Menyusul
Passcode : Menyusul
Streaming : PKMK FK-KMK UGM
F. Rangkaian Kegiatan
Pembiayaan Kesehatan
Senin, 22 September 2025 | 13.00 – 15.00 WIB
Peserta dapat memahami perkembangan kebijakan pembiayaan kesehatan Indonesia dari era desentralisasi hingga pasca COVID-19, termasuk implementasi JPS-BK, Jamkesda, JKN, dan inisiatif pasca pandemi seperti RIBK, HTA, NHA, serta konsolidasi pembiayaan. Webinar ini diharapkan mampu mengidentifikasi tantangan utama seperti defisit anggaran, fraud, dan rendahnya proporsi belanja kesehatan, serta membahas peluang menuju pembiayaan kesehatan yang adil, berkelanjutan, dan mendukung pencapaian Universal Health Coverage (UHC).
Waktu | Topik | Narasumber |
13.00-13.05 | Pembukaan | Moderator: Galen |
13.05 – 13.15 | Pengantar Diskusi | Baha’Uddin, S.S., M.Hum (Dosen Departemen Sejarah FIB UGM) Materi Video |
13.15 – 14.00 | Pemaparan Materi | M. Faozi Kurniawan, S.E., MPH
(Konsultan Kebijakan Pembiayaan Kesehatan, PKMK FKKMK UGM)
Materi Video |
14.00 – 14.15 | Pembahas Diskusi | Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D.
(Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM)
Video |
14.15 – 14.50 | Diskusi | Moderator: Galen Video |
14.50-14.55 | Penutup Diskusi atau Kesimpulan | Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM) |
14.55-15.00 | Penutup | Moderator: Galen |
Produk Kesehatan: Obat dan Alat Kesehatan
Jumat, 17 Oktober 2025 | Pukul : 13.00 – 15.00 WIB
Peserta dapat memahami perkembangan kebijakan produk kesehatan di Indonesia dari era awal Reformasi hingga pasca COVID-19, termasuk penguatan regulasi mutu, keamanan, dan efikasi; upaya kemandirian produksi obat dan alat kesehatan; serta strategi ketahanan nasional di sektor farmasi dan alkes. Webinar ini diharapkan mampu mengidentifikasi tantangan, peluang, dan inovasi yang mendorong ketersediaan produk kesehatan yang aman, efektif, terjangkau, dan berstandar internasional.
Waktu | Topik | Narasumber |
13.00-13.05 | Pembukaan | Moderator: Galen |
13.05-13.15 | Pengantar Diskusi
| Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM) |
13.15 – 13.45 | Pemaparan Materi | Nila Munana, S.HG., MHPM. (Kontributor Buku Sejarah Kebijakan Kesehatan) |
13.45-14.15 | Pemaparan Materi: Kajian Historis | Dr. Abdul Wahid, M.Hum., M.Phil; (Kepala Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UGM) |
14.15-14.50 | Diskusi | Moderator: Galen |
14.50-14.55 | Penutup Diskusi atau Kesimpulan | Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM) |
14.55-15.00 | Penutup | Moderator: Galen |
Pendidikan Kedokteran
Rabu, 29 Oktober 2025 Pukul : 13.00 – 15.00 WIB
Peserta dapat memahami perkembangan pendidikan tenaga kesehatan di Indonesia lintas periode, mulai dari era Desentralisasi, JKN, pandemi Covid-19, hingga masa Post-Covid-19. Melalui pembahasan ini, peserta diharapkan dapat memahami peran pemerintah, konsil, kolegium, dan organisasi profesi dalam pengaturan pendidikan tenaga kesehatan, termasuk pendidikan kedokteran dan spesialis. Selain itu, webinar ini juga ditujukan untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi, seperti distribusi dan mutu pendidikan, koordinasi antar profesi, serta kesenjangan dalam kurikulum.
Waktu | Topik | Narasumber |
13.00-13.05 | Pembukaan | Moderator: Galen |
13.05-13.15 | Pengantar Diskusi | Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM) |
13.15 – 13.45 | Pemaparan Diskusi | Dwi Asih Kartika Ningrum, SKM. |
13.45-14.15 | Pemaparan Materi: Kajian Historis | Baha’Uddin, S.S., M.Hum (Dosen Departemen Sejarah FIB UGM) |
14.15-14.50 | Diskusi | Moderator: Galen |
14.50-14.55 | Penutup Diskusi atau Kesimpulan | Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM) |
14.55-15.00 | Penutup | Moderator: Galen |
Pelayanan Kesehatan
Jum’at, 7 November 2025 | Pukul: 13.00 – 15.00 WIB
Peserta dapat memahami perkembangan kebijakan pelayanan kesehatan di Indonesia dari era desentralisasi hingga pasca COVID-19, termasuk implementasi paradigma sehat, JKN, penguatan pelayanan esensial di masa pandemi, serta reformasi pasca pandemi melalui UU No. 17 Tahun 2023 dan PP No. 28 Tahun 2024. Webinar ini diharapkan mampu mengidentifikasi tantangan, inovasi, dan strategi peningkatan akses serta kualitas pelayanan kesehatan secara berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.
Waktu | Topik | Narasumber |
13.00-13.05 | Pembukaan | Moderator: |
13.05-13.15 | Pengantar Diskusi
| Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM) |
13.15 – 13.45 | Pemaparan Diskusi | Iztihadun Nisa, SKM., MPH. (Kontributor Buku Sejarah Kebijakan Kesehatan) |
13.45-14.15 | Pemaparan Materi: Kajian Historis | Dr. Abdul Wahid, M.Hum., M.Phil; (Kepala Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UGM) |
14.15-14.50 | Diskusi | Moderator: Galen |
14.50-14.55 | Penutup Diskusi atau Kesimpulan | Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM) |
14.55-15.00 | Penutup | Moderator: Galen |
Informatika Kesehatan
Jum’at, 21 November 2025 | Pukul : 13.00 – 15.00 WIB
Peserta dapat memahami perkembangan kebijakan sistem informasi kesehatan di Indonesia dari era desentralisasi hingga pasca COVID-19, termasuk integrasi data, pemanfaatan teknologi digital, telemedicine, dan penguatan infrastruktur informasi kesehatan nasional. Webinar ini diharapkan mampu mengidentifikasi tantangan, peluang, dan strategi untuk mewujudkan sistem informasi kesehatan yang terhubung, inklusif, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat serta krisis kesehatan di masa depan.
Waktu | Topik | Narasumber |
13.00-13.05 | Pembukaan | Moderator: Galen |
13.05-13.15 | Pengantar Diskusi | Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM) |
13.15 – 13.25 | Pengantar Diskusi | Dr. Abdul Wahid, M.Hum., M.Phil; (Kepala Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UGM) |
13.25 – 14.10 | Pemaparan Materi | Anis Fuad, S.Ked, DEA (Konsultan Ahli Medical and Health Sciences/ Health Information Systems (Incl. Surveillance)/ Public Health and Health Services (FK-KMK UGM) |
14.10-14.50 | Diskusi | Moderator: Galen |
14.50-14.55 | Penutup Diskusi atau Kesimpulan | Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM) |
14.55-15.00 | Penutup | Moderator: Galen |
Kebencanaan
Jumat, 24 Desember 2025 | Pukul : 13.00 – 15.00 WIB
Webinar ini bertujuan untuk menelaah perkembangan kebencanaan dalam sektor kesehatan di Indonesia dari era Desentralisasi hingga masa Post-Covid-19. Pembahasan diarahkan pada bagaimana sistem kesehatan merespons bencana alam maupun non-alam, termasuk dinamika koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta kesiapan infrastruktur dan pembiayaan kesehatan dalam situasi darurat. Selain itu, webinar ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi pembelajaran penting dari pengalaman masa lalu dan arah transformasi kebijakan kebencanaan pasca pandemi, agar sistem kesehatan Indonesia lebih tangguh, terintegrasi, dan adaptif dalam menghadapi krisis di masa depan.
Waktu | Topik | Narasumber |
13.00-13.05 | Pembukaan | Moderator: Galen |
13.05-13.15 | Pengantar Diskusi | Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM) |
13.15 – 13.25 | Pengantar Diskusi | Baha’Uddin, S.S., M.Hum (Dosen Departemen Sejarah FIB UGM) |
13.25 – 14.10 | Pemaparan Materi | Madelina Ariani, SKM., MPH (Konsultan Ahli Disaster Health Management Division, Center for Health Policy and Management (FK-KMK UGM)) |
14.10-14.50 | Diskusi | Moderator: Galen |
14.50-14.55 | Penutup Diskusi atau Kesimpulan | Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar, Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM) |
14.55-15.00 | Penutup | Moderator: Galen |
Reportase
Reportase
Webinar Tematik Sejarah Kebijakan Kesehatan Seri 1:
“Perkembangan Kebijakan Komponen-Komponen Sistem Kesehatan di Indonesia, Dari Reformasi Hingga Pasca COVID-19, 1999-2023”
Senin, 22 September 2025 | 13.00 – 15.00 WIB
PKMK-Yogyakarta. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK-KMK UGM bekerjasama dengan Departemen Sejarah FIB UGM menyelenggarakan Webinar Seri Sejarah Kebijakan Kesehatan “Perkembangan Transformasi Kebijakan Kesehatan di Indonesia, Dari Reformasi Hingga Pasca COVID-19, 1999-2023” pada April hingga Juni mendatang. Kali ini webinar mengangkat tema “Pembiayaan Kesehatan” yang diselenggarakan pada Senin (22/9/2025). Webinar ini menyoroti perkembangan pembiayaan kesehatan di Indonesia lintas periode, dengan fokus pada peran APBN dan JKN sebagai instrumen utama pendanaan. Selain itu juga memaparkan bagaimana alokasi anggaran kesehatan berkembang sejak era desentralisasi, berlanjut ke implementasi JKN, hingga tantangan saat pandemi COVID-19 dan kebutuhan adaptasi pada periode pasca-COVID.
Dalam pengantar Seri Pertama Webinar Tematik Sejarah Kebijakan Kesehatan, Baha’Uddin, S.S., M.Hum. menekankan pentingnya membaca kebijakan pembiayaan kesehatan melalui perspektif historis. Pak Baha’Uddin menguraikan perjalanan panjang sejak masa kolonial, ketika akses kesehatan terbatas bagi pegawai pemerintah dan tentara, hingga awal kemerdekaan yang masih mengandalkan APBN dengan fokus pada program massal seperti imunisasi dan pemberantasan penyakit menular. Tonggak penting muncul pada 1968 dengan lahirnya BPDPK untuk PNS dan ABRI, yang kemudian berubah menjadi Perum Husada Bhakti (1984), PT Askes (1992), dan akhirnya BPJS Kesehatan (2014) sebagai pelaksana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Setiap fase lahir dari dinamika sosial-ekonomi, termasuk krisis 1997/1998 yang memunculkan JPS-BK bagi masyarakat miskin.
Dalam pengantar ini, narasumber menekankan bahwa sejarah pembiayaan kesehatan di Indonesia merefleksikan evolusi dari sistem yang terfragmentasi menjadi sistem yang lebih inklusif dan terintegrasi. Dari hanya berfokus pada pegawai negeri di awal kemerdekaan, kini sistem pembiayaan kesehatan telah berupaya merangkul seluruh lapisan masyarakat. Meski jalan menuju cakupan kesehatan semesta masih penuh tantangan, proses historis ini menunjukkan komitmen negara dalam menegakkan amanat konstitusi: kesehatan sebagai hak dasar seluruh warga negara. Pak Baha menutup pengantarnya dengan mengingatkan peserta bahwa pembahasan detail lintas periode akan diperdalam oleh narasumber utama. Namun, memahami garis besar perjalanan historis ini menjadi kunci agar setiap analisis kebijakan pembiayaan kesehatan tidak dilepaskan dari konteks sejarah panjang yang melatarbelakanginya.
Dalam paparannya, M. Faozi Kurniawan, S.E., MPH menjelaskan perkembangan kebijakan pembiayaan kesehatan Indonesia dari masa reformasi hingga periode pasca-COVID-19. Pak Faozi memulai dengan menyoroti kondisi ekonomi nasional pasca-1998, ketika PDB meningkat cukup pesat, tetapi penerimaan pajak tidak tumbuh sebanding. Situasi ini menyebabkan keterbatasan ruang fiskal untuk kesehatan sehingga pemerintah harus cermat mengalokasikan anggaran. Menurut beliau, pendanaan adalah blok fundamental dalam sistem kesehatan karena menopang keberlanjutan program lain.
Pada era desentralisasi (1999–2009), berbagai regulasi penting lahir, seperti UU Keuangan Negara (2003), UU Pemda (2004), dan UU SJSN (2004). Sejumlah program jaring pengaman juga diperkenalkan, mulai dari JPS-BK, JPK Gakin, hingga Askeskin dan Jamkesmas. Program-program ini membuka akses kesehatan bagi masyarakat miskin, meskipun pelaksanaannya menghadapi kendala data dan perbedaan kapasitas fiskal antar daerah. Memasuki era JKN (2009–2019), pendirian BPJS Kesehatan menjadi tonggak besar dengan target Universal Health Coverage. Pada tahap awal, integrasi berbagai skema (Jamkesmas, Jamkesda, Askes, Jamsostek) berhasil mencakup lebih dari 140 juta jiwa. Namun, implementasi masih dibayangi defisit keuangan BPJS, ketimpangan layanan antar wilayah, serta beban biaya pribadi masyarakat yang meski menurun, tetap relatif tinggi dibanding negara tetangga.
Pandemi COVID-19 (2020–2022) membawa perubahan signifikan dengan refocusing APBN dan lonjakan anggaran kesehatan. Fokus utama diarahkan pada program vaksinasi, insentif tenaga kesehatan, dan klaim perawatan pasien. Uniknya, pada masa ini BPJS justru mencatat surplus akibat menurunnya pemanfaatan layanan dan meningkatnya kepatuhan iuran. Di era pasca-pandemi, lahir UU Nomor 17 Tahun 2023 yang mengubah istilah pembiayaan menjadi “pendanaan kesehatan”. Transformasi diarahkan pada efisiensi, keadilan, dan kemandirian, termasuk melalui NHA, HTA, serta proyek SISOIN bernilai lebih dari Rp 60 Triliun. Pak Faozi menutup dengan refleksi bahwa meskipun arah kebijakan semakin kuat, tantangan besar tetap ada, yakni memastikan kemandirian pembiayaan di tengah ketergantungan pada pinjaman luar negeri.
Dalam sesi pembahasan, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. menekankan bahwa kajian mengenai sejarah kebijakan pembiayaan kesehatan di Indonesia, khususnya dari masa reformasi hingga pasca-COVID-19, masih merupakan sebuah proses yang terus berlangsung. Prof. Laksono menyebutnya sebagai recent history atau sejarah yang masih terjadi, sehingga belum dapat ditarik kesimpulan final. Dalam perspektif historiografi, kondisi ini berarti peristiwa-peristiwa yang sedang berjalan tetap terbuka terhadap perubahan maupun pengulangan pola kebijakan.
Narasumber menyoroti bahwa pandemi COVID-19 menghadirkan fenomena unik dalam pembiayaan kesehatan nasional. Semua biaya perawatan pasien COVID-19 tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan, melainkan dialokasikan dari pos anggaran lain, termasuk pinjaman luar negeri yang disalurkan melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional. Hal ini menjadi catatan penting dalam sejarah pembiayaan kesehatan Indonesia, sebab memperlihatkan bagaimana mekanisme pendanaan lintas-sektor bekerja ketika menghadapi krisis besar. Menariknya, pada periode pandemi justru terjadi surplus keuangan di BPJS Kesehatan, meskipun sebelumnya lembaga ini kerap mengalami defisit, dan kembali menghadapi defisit setelah pandemi berakhir.
Dalam refleksinya, Prof. Laksono mempertanyakan arah keberlanjutan sistem pembiayaan kesehatan Indonesia. Pihaknya menggarisbawahi beberapa isu penting, antara lain: apakah belanja publik akan terus meningkat untuk kesehatan, sejauh mana kemampuan pemerintah membiayai masyarakat miskin, serta bagaimana prospek peran swasta dan industrialisasi sektor kesehatan. Selain itu, narasumber menyinggung perkembangan instrumen seperti Health Technology Assessment (HTA) yang diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pembiayaan, meskipun implementasinya masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk soal siapa yang akhirnya menanggung biaya dan siapa yang mendapatkan manfaat. Sebagai penutup, Prof. Laksono menekankan pentingnya melihat sejarah sebagai alat proyeksi ke depan. Catatan tentang defisit–surplus BPJS, kebijakan fiskal dalam krisis, hingga transformasi kelembagaan pasca-COVID-19 harus dipahami bukan hanya sebagai catatan masa lalu, tetapi juga sebagai pelajaran untuk merancang sistem pembiayaan kesehatan yang lebih adil, berkelanjutan, dan adaptif terhadap tantangan global maupun domestik.
Reporter:
Galen Sousan Amory, S. Sej.
Dalam Pengembangan
Dalam Pengembangan
Dalam Pengembangan
Dalam Pengembangan
Dalam Pengembangan
NARAHUBUNG
Galen Sousan Amory (galen.s.a@mail.ugm.ac.id / 082138250050)